Tongkat kayu adalah alat untuk menaruh racun untuk membunuh herbivora.
(LiveScience | Courtesy Paola Villa, University of Colorado)
Masa prasejarah tampaknya mulai lebih cepat di Afrika dari yang
diperkirakan sebelumnya, bahkan hingga 20.000 tahun. Hasil penelitian
dari sejumlah artefak di sebuah gua di Afrika Selatan memperlihatkan
masa prasejarah berasal dari 44.000 tahun lalu. Ini lebih tua dari
dugaan sebelumnya yang menyebut 20.000 tahun lalu, yang dikaitkan dengan
kebudayaan San.
Sejumlah artefak yang ditemukan itu antara lain alat tulang, penggunaan
pigmen atau pewarna, pembuatan manik-manik, bahkan penggunaan racun.
Dari temuan, gua ini pun diduga sebagai pemukiman yang digunakan manusia
prasejarah tersebut.
"Penelitian kami membuktikan bahwa zaman batu yang berkembang di Afrika
Selatan muncul jauh dari yang dipercaya sebelumnya. Dan ini muncul di
masa yang sama dengan kedatangan manusia modern di Eropa," kata Paola
Villa, salah seorang peneliti yang juga kurator di University of
Colorado Museum of Natural History.
Zaman batu lanjutan di Afrika ini muncul bersamaan dengan masa
paleolitik lanjutan di Eropa. Ini merupakan saat manusia modern
berpindah ke Eropa dari Afrika dan bertemu Neanderthals pada masa
sekitar 45.000 tahun lalu.
"Sejumlah perbedaan di teknologi dan budaya antara keduanya sangat kuat.
Memperlihatkan masyarakat dari dua wilayah memilih jalan yang sangat
berbeda menuju evolusi teknologi dan masyarakat," ujar Villa.
Petunjuk Peradaban Afrika
Jejak peradaban diduga telah ada pada 80.000 tahun lalu di Afrika.
Namun, fragmen temuan seperti alat tulang dan manik-manik, hilang dari
data arkeologi di 60.000 tahun lalu. Ini kemudian ditulis Villa di
jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Bahkan, menurut Villa, bisa dibilang tidak ada fakta yang bisa
mengungkap apa yang terjadi di wilayah selatan Afrika antara 40.000
hingga 20.000 tahun lalu. Ini menjadi jarak yang menyebabkan sulitnya
menghubungkan masyarakat zaman batu tingkat menengah, sebelum temuan ini
terungkap.
Para peneliti mengungkap hasil terbaru dalam penanggalan dari teknologi
di situs dekat perbatasan Afrika Selatan dan Swaziland yang disebut
Border Cave atau gua perbatasan. Sejumlah artefak yang ditemukan lebih
tua dari yang mereka prediksi sebelumnya.
Artefak yang ditemukan, misalnya saja manik dari kulit telur burung
unta, tulang yang dipertajam menjadi mata panah, dan alat yang terbuat
dari tulang. Itu merupakan temuan yang diduga berasal jauh sebelum
kebudayaan San muncul. Terdapat juga alat tulang panjang yang didekorasi
dengan motif spiral dari pigmen merah-bata.
Dari manik yang ditemukan, juga diketahui ada sisa pembakaran, bahkan
ada yang diketahui penanggalannya berasal dari lebih 38.000 tahun silam.
Sebuah kayu yang terkait dengan alat batu dengan sebuah lubang,
diketahui memiliki penanggalan sekitar 35.000 tahun silam.
Racun Tertua
Para peneliti juga mendapatkan adanya bekas lilin lebah yang dicampur
dengan cairan racun, yang sepertinya digunakan untuk dilumurkan ke ujung
tombak atau anak panah. Lilin lebah itu diduga berasal dari 35.000
tahun silam.
Para peneliti juga mendapatkan tongkat kayu tipis yang memiliki goresan
berbentuk perpendicular (atau perlintasan garis, seperti huruf X atau
T). Sebuah analisis kimia berhasil menemukan jejak asam risinoleat,
racun alami yang ditemukan di tanaman castor bean.
Tongkat kayu itu sepertinya digunakan sebagai alat untuk menaruh racun
di anak panak atau mata tombak. Selama ini, penggunaan alat untuk racun
diketahui pertama kali digunakan dari 20.000 tahun silam.
"Tulang tipis yang ditemukan di Border Cave merupakan bukti bagus untuk
penggunaan panah dan anak panah," kata Villa. Selain itu, Villa juga
menyebut bahwa penelitian yang dilakukan koleganya, d'Errico,
menunjukkan kesamaan tulang yang digunakan di kebudayaan San yang
menduduki kawasan itu di masa prasejarah.
"Mereka diketahui menggunakan panah dan anak panah dengan dilumuri racun
untuk menjatuhkan herbivora ukuran sedang dan besar," lanjut Villa.
0 komentar:
Posting Komentar